PENDAHULUAN
Konssepsi dan implantasi (nidiasi) sebagai titik awal kehamilan yang di tandai denagan keterlambatan datang bulan dapat menimbulkan perubahan baik rohani maupun jasmani. Bagi pasangan dengan perkawinan yang didasari “cinta” keterlambatan datang bulan merupakan salah satu hal yang mengembirakan, karena ini merupakan hasil cinta dan akan membuat semakin kokohnya hubungan mereka dengan kehamilan yang didambakan. Keinginan untuk memastikan kehamilan makin mendesak, dan akan segera melakukan pemeriksaan terutama keluarga yang telah lama mendambakan keturunan. Setelah terbukti hamil, pasangan gembira dan cinta makin bertambah, yang menjiwai suasana keluargatapi kadang kebahagiaan tersebut diikuti perasaan cemas, karena ketakutan pada kemungkinan keguguran.
Bagi pasangan yang kehamilanya tidak dikehendaki, akan muncul kegelisahan dan kecewa serta berusaha menghilangkan buah kehamilanya dengan cara apapun. Pada keadaan seperti ini peranan bidan atau tenaga kesehatan sangat diperlukan dalam memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi serta konseling. hal ini dikarnakan sebab kehamilan bukanlah peroses biologi semata , tetapi lebih dari sebagai karinia Tuhan Yang Maha Esa. Tindakan apapun yang bertujuan menghilangkan kehamilan adalah pembunuhan. Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila tidak membenarka tindakan “aborsi” dan ini didukung undang-undang kesehatan Indonesia yaitu Undang-Undang No 23 tahun 1992 terutama tercantum dalam pasal 15. Selain itu secara agama melakukan aborsi ini adalah dosa besar. Kadang-kadang akibat pergaulan remaja yang bebas dapat menjurus ke seks bebas, yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak dikehendaki. Remaja yang kehamilanya diingkari situasi cemas dan steres akan menghantui dirinya,takut mengatakan kepada orang tuanya , dan biasanya akan menarik diri dari pegaulan akibat rasa malu telah melakukan pebuatan yang dilarang agama. Periode syok dan menyangkal kehamilan kemudian kebingungan dan preocupation dengan berbagai masalah yang difikirkan penyebabnya, terdiri dari 3 faktor yaitu:
1. Persepsi terhadap kejadian
2. Dukungan situasional
3. Mekanisme coping.
Proses pisikologis ini sering terlihat berhubungan dengan peubahan biologic yang mengambil peranan dalam tiap tahap kehamilan.
PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGIS DAN MASA KEHAMILAN
Untuk lebih mudah memahami perubahan dan adaptasi psikologi pada ibu hamil akan dibahas lebih rinci pada setiap trimester dalam uraian berikut:
1. Trimester I.
Trimester pertama Sering dikatakan sebagai masa penentuan. Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataanya akan kehamilanya. Selain itu akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormone estrogen dan progesterone pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Dia akan merenungkan keadaan dirinya. Dari munculya kebingungan tentang kehamilanya dengan pengalaman buruk yang pernah dialaminya sebelum kehamilan, efek kehamilan yang akan terjadi pada hidupanya (terutama jika ia wanita karir), tanggun jawab baru atau tambahan yang akan dipikul, kecemasnya tentang kemampuan dirinya untk menjadi seorang ibu, keuangan dan rumah, penerimaan kehamilanya oleh orang lain. Saat itu, beberapa ketidak nyamanan trimester pertama berupa mual, lelah, perubahan selera, emosional, mungkin menceminkan konflik dan depresi yang dialami dan dapat terjadi pada saat ia teringat tentang kehamilanya. Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda-beda selama masa hamil. Kekhawatiran pertama timbul pada trimester pertama dan berkaitan dengan kemungkinan keguguran. Banyak wanita yang sengaja tidak memberitahukan kehamilanya kepada orang lain sampai periode ini berlalu. Kebingungan yang dialami ibu hamil ini secara normal akan berakhir spontan saat ia menerima kehamilanya. Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan didukung oleh perasaanya yang cukup aman untuk mengungkapakan perasaanya terhadap konflik yang dihadapi selama ini. Trimester pertama juga merupakan masa kekhawatiran dari penantian kehamilan menjadi aman. Terutama pada wanita yang pernah mengalami keguguran sebelumnya dan tenaga profesional dalam bidang pelayanan kesehatan wanita yang khawatir terhadap keguguran dan teratogen. Wanita ini dengan tidak sabar menunggu berakhirnya trimester pertama sampai mereka dapat tenag dan percaya pada kehamilanya.
Pada trimester pertam seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk menyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Karena perunya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang dapat diberitahukan kepada orang lain atau mungkin dirahasiakanya. Bertambahnya berat badab adalah bagian yang signifikan pada wanita selama trimester pertama. Ini menjadi bagian uji nyata yang dilakukan wanita seperti yang terlihat pada tubuhnya jelas bahwa ia hamil, bagi kebanyakan wanita bertambahnya berat badannya dijadikan bukti awal berkembangnya bayi meskipun sebenarnya bukanlah kejadian secara fisik. Wanita yang terlihat bertambah berat badanya berperan pada perlindungan dan pertumbuhan abdomenya, yang berarti hamil baginya. Dan sebaliknya bagi wanita hamil dan ingin menyembunyikanya (seperti remaja yang belum menikah) bisa mencegah mereka untuk menunjukkan dan mencoba untuk mengatasi masalahnya. Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada trimester pertama berbeda-beda. Walaupun beberapa wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi , kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama periode ini. ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual beberapa pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lainya mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda-beda ini dipengaruhi oleh factor-faktor fisik, emosi, dan interaksi termasuk tahayul tentang seks selama masa hamil,masa disfungsi seksual, dan perubaha fisik pada wanita. Keadan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa berhubungan seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keperihatinan, kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal dari bagian kehamilan pada trimester pertama.
Contoh kasus:
Ibu Farida datang ke klinik untuk memeriksa kehamilanya. Dalam anamneses yang dilakukan ibu farida menyatakan bahwa kehamilanya ini sudah direncanakan, tetapi ibu Farida tidak peduli pada kehamilanya dan tidak pernah mengajukan pertanyaan tentang bayinya. Ibu mengatakan bahwa merasa lelah dan mual serta tidak ingin hamil untuk saat sekarang. Dalam kasus ini si ibu nampaknya menolak kehamilanya. Dan merasa sedih dan kecewa walaupun kehamilan ini direncanakanya. Dalam kasus diatas apa yang dirasakan ibu ini adalah sesutau yang sangat normal, hal ini dapat terjadi pada sebagian besar wanita yang akan merasakan hal yang serupa pada umur kehamilan seperti ini.
2. Trimester II
Trimester ke II sering disebut sebagai priode pancaran kesehatan, saat ibu merasa sehat. Ini disebabkan selama trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas dari ketidak nyamanan kehamilan. Tubuh ibu sudan terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidaknyaman karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. ibu sudah menerima kehamilanya dan mulai dapat menggunakan energy dan fikiranya secara lebih konstruktif. Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakan pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.
Trimester kedua dibagi menjadi dua fase yaitu prequickning dan postquickning. Akhir dari trimester petama dan selama prequickning dalam trimester kedua, wanita tersebut akan terus melengkapi dan mengevaluasi segala aspek yang menghubungkanya dengn ibunya sendiri. Semua masalah peribadi dengan ibunya yang telah atau sedang terjadi dianalisis. Kemampuan untuk dapat mempertahankan hubungan ibu dan anak diuji. Dengan ujian ini mendatangkan pengertian dan keriteria penerimaan oleh ibunya yang ia hargai dan hormati.
Hubungan social wanita akan meningkat dengan wanita hamil lainya atau yang baru menjadi ibu, ketertarikan ddan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran yang baru. Hubungan sosila yang rumit ini membutuhkan sejumlah pekerjaan yang rumit, yang pada giliranya bertindak sebagai katalis bagi peran barunya. Qickening mungkin menyerang wanita untuk memikirkan bayinya sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya. Kesadaran yang baru ini melalui perubahan dan memusatkan dirinya kebayi, pada saat ini jenis kelamin bayi tidak begitu penting. Perhatian ditujukan pada kesehatan bayi dan kehadiran di dalam keluarga. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang telihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah.
Trimester kedua dibagi menjadi dua fase yaitu prequickning dan postquickning. Akhir dari trimester petama dan selama prequickning dalam trimester kedua, wanita tersebut akan terus melengkapi dan mengevaluasi segala aspek yang menghubungkanya dengn ibunya sendiri. Semua masalah peribadi dengan ibunya yang telah atau sedang terjadi dianalisis. Kemampuan untuk dapat mempertahankan hubungan ibu dan anak diuji. Dengan ujian ini mendatangkan pengertian dan keriteria penerimaan oleh ibunya yang ia hargai dan hormati.
Hubungan social wanita akan meningkat dengan wanita hamil lainya atau yang baru menjadi ibu, ketertarikan ddan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran yang baru. Hubungan sosila yang rumit ini membutuhkan sejumlah pekerjaan yang rumit, yang pada giliranya bertindak sebagai katalis bagi peran barunya. Qickening mungkin menyerang wanita untuk memikirkan bayinya sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya. Kesadaran yang baru ini melalui perubahan dan memusatkan dirinya kebayi, pada saat ini jenis kelamin bayi tidak begitu penting. Perhatian ditujukan pada kesehatan bayi dan kehadiran di dalam keluarga. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang telihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin melemah.
Contoh kasus:
Ibu Shanty datang kekelinik memeriksa kehamilanya. Dalam anamnesa Anda memperhatikan Bu Shanti begitu gembira dan aktif bicara. Ia mengatakan mual diwaktu pagi dan kelelahanya dapat diatasi. Ia sangat senang merasakan gerak bayi untuk pertama kali. Ia menceritakan kepada anak-anaknya yang lain mengenai bayinya dan tampaknya perut Bu Shanti semakin besar. Ia menyatakan bahwa bayi-bayinya yang dulu lahir sangat kecil dan lemah dan ia menanyakn bagiamana caranya agar bayi yang ada dalam kandungan dapat tumbuh sehat dan lahir normal.
Pada kasus ini Bu Shanty nampaknya bahagia dan menginginkan kehamilan tersebut. Dia membayangkan behwa bayinya merupakan makhluk tersendiri yang membutuhkan petolongan ibu untuk dapat tumbuh. Dengan memberitahukan kehamilan kepada orang lain, ia menunjukkan bahwa dia sedang menghadapi kehamilan dengan baik.
3. Trimester III.
Trimester ketiga sering disebut periode penantian. Pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia semakain tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Ada peresaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya, fakta yang menempatkan wanita tersebut gelisah dan hanya bisa melihat dan menunggu tanda-tanda dan gejalanya.
Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan orang tua, seperti terpusatnya perhaian pada kehadiran bayi. Saat ini orang-orang di sekelilingnya akan membuat rencana pada bayinya. Wanita tersebut akan berusaha melindungi bayinya, dengan menghindari kerumunan atau seseorang atau apapun yang dianggap membahayakan. Dia membayangkan bahwa bahaya terdapat di dunia luar. Memilih nama adalah aktifitas yang dilakukan dalam mempersiapkan kehadiran bayinya. Dia mungkin akan mencari buku yang berisi nama-nama atau mengikuti penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang berkaitan dalam rangka mempersiapkan kelahiran dan kesiapan menjadi orang tua. Membuat atau membeli pakaian bayi. Megatur ruangan. Banyak hal yang diberikan untuk merawat bayinya. Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester ketiga. Waniata mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak akan tahu kapan ia akan melahirkan. Mimpinya mencerminka perhatian dan kekhawatirannya. Dia lebih sering bermimpi tentang bayinya, anak-anaknya, persalinan, kehilangan bayi, atau terjebak di tempat kecil dan tidak bisa keluar. Ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman timbul kembali karena perubahan boody image yaitu merasa dirinya aneh dan jelek ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Wanitu juga mengalami peroses berduka seperti kehilangan perhatian dan hak istimewa yang dimiliki selama kehamilan, terpisahnya bayi dari bagian tubuhnya, dan merasa kehilangan kandungan dan menjadi kosong. Perasaan mudah teluka juga terjadi pada masa ini. Wanita tersebut mungkin merasa canggung, jelek, tidak rapi, dia membutuhkan perhatian yang lebih dari pasanganya. Pada pertengahan trimester ketiga, hasrat seksual tidak setingi pada trimester kedua karena abdomen menjadi sebuah penghalang.
Contoh kasus:
Ibu Diah datang ke kelinik untuk memeriksakan kehamilanya. Dalam anamnese yang Anda lakukan Bu Diyah menyatakan bahwa perutnya sekmakin hari semakin mengeras dan sering kencang-kencang, ibu khawatir bayinya (yang akan diberi nama Retno kalau bayinya perempuan) sudah mencoba untuk mencari jalan keluar. Ibu ini cemas karena dia belum siap menerima kehadiran bayinya. Ibu juga mencemaskan persalinan kali ini sebab persalinanya yang pertama dulu berlangsung sangat lama dan sulit. Pada kasus ini ibu tampak mengkhawatirkan bayinya dan takut akan melahirkan. Apa yang dirasakan bu Dyah ini adalah normal. Kebanyakan ibu memiliki perasaan dan khawatiran yang serupa pada umur kehamilan seperti ibu ini.
a. Adaptasi maternal
Adaptasi terhadap peran sebagai ibu akan dilakukan oleh semua ibu hamil selama 9 bulan kehamilanya. Adaptasi ini merupakan peroses social dan kongnitif kompleks yang bukan didasarkan pada naluri, tetapi dipelajari. Untuk menjadi seorang ibu, seoarang remaja harus beradaptasi dari kebiasaan dirawat ibu menjadi seorang ibu yang melakukan perawatan. Sebalikya, seorang dewasa harus mengubah kehidupan rutin yang dirasa mantap menjadi suatu kehidupan yang tidak dapat terperediksi, yang diciptaka seorang bayi. adaptasi ini merupaka adaptasi nullipara, atau wanita tanpa anak, menjadi wanita yang mempunyai anak; dan multipara, wanita yang memiliki anak, menjadi wanita yang memiliki anak-anak.
Pengalaman subjektif tetang waktu dan ruang berubah selama masa hamilan karena rencana dan komitmen, kini diatur oleh tanggal taksiran partus (TTP). Pada awal masa hamil tampaknya tidak ada yang terjadi dan untuk menikmati waktu kosong tanpa beban dan ada keinginan untuk menghentikan tuntutan social dan aktivitas. Banyak waktu dihabiskan dengan tidur. Dengan munculnya quickening atau pergerakan janin yang dirasakan ibu pada trimester kedua,wanita mulai meluangkan waku untuk memberikan perhatianya kedalamnya, yakni pada kandungan dan hubungan pada ibunya dan wanita lain yang pernah atau sedang hamil. Pada trimester ketiga terjadi perlambatan aktivitas dan waktu terasa cepat berlalu karena aktivitas wanita tersebut dibatasi.
Kehamilan dapat menyebakan suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi ini tidak diimbangi dengan kesadaran wanita tersebut untuk menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yag lebih besar. Seiring persiapanya untuk menghadapi peran baru, wanita sebaiknya mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua. Secara bertahap, wanita seharusya berubah dari seorang yang bebas dan befokus pada diri sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen merawat individual lain. Pertumbuhan ini membutuhkan pengetahuan dan keterampilan dalam penguasaan tugas-tugas perkembangan tertentu: menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu, mengatur kembali hubungan antara dirinya dan pasanganya, membangun hubungan dengan anak yang belum lahir, dan mempersiapkan diri dari menghadapi pengalaman melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosi dari pasangan merupakan factor penting dalam mencapai keberhasilan tugas perkembangan ini.
b. Menerima kehamilan
Langkan pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide kehamilan dan mengasimilasi status hamil kedalam gaya hidup wanita tersebut. Tingkat penerimaan dicerminkan pada kesiapan wanita dan respon emosionalnya dalam menerima kehamilan.
c. Kesiapan menyambut kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Naman, merencanakan kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan. Wanita lain memandang kehamilan sebaga suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupuan tidak diinginkan, kehamilan merupakan akiabat percobaan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi. Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan mendeteksi suatu gejala-gejala awal dan mencari kebenaran tentang kehamilanya. Beberapawanita yang memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang”, “bukan saya”, dan “tidak yakin”, mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan. Namau beberapa wanita menunda kepelayanan kesehatan karena akses keperawatan yang terbatas, merasa malu, atau karena alasan budaya. Untuk oranglain, kehamilan dipandang sebagai suatu peristiwa alami sehingga tidak perlu terburu-buru periksa ketenaga kesehatan untuk memastikan kehamilanya.
Respon wanita menghadapi keadaan hamil berbeda-beda dan variasi, dari perasaan sangat gembira menjadi syok, tidak yakin, putus asa. rekasi yang diperhatiakan banyak wanita ialah respon”suatu hari nanti,tetapi tidak sekarang”. Ada suatu kebahagiaan sejati dalam mengetahui bahwa diri sendiri secara fungsional maupun untuk hamil. Ada kebahagiaan tesendiri saat mengetahui bahwa orang lain turut gembira terhadap harapan untuk mendapatkan atau diberi seorang anak. Akan tetapi, perasaan-perasaan ini muncul debgab bebas tanpa pertimbangan waktu. Secara personal dan pribadi, ia belum siap, tidak sekarang.
Beberapa wanita pasrah dan menerima kehamilanya sebagai kehendak tuhan. Namaun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang anak, mereka akhirnya akan menerima kehamilannya. Tidak menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak. Seorang wanita mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi ingin agar anak itu dilahirkan.
d. Respons emosional
wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilanya akan memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan bagian dari rencana hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cendrung percaya diri akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk aggota keluarga yang lain. Meskipun secara umum keadaan merekan baik, namun sering dijumpai kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood pada wanita hamil.
Perubahan mood dan peningkatan sensitivitas terhadap orang lain ini akan membingungkan mereka sendiri dan orang lain serta orang-orang yang ada disekitarnya. Mudah tersinggung, menagis tiba-tiba, dan ledaka kemarahan sert perasaan suka cita, serta kegembiraan yang luar biasa muncul sislih berganti hanya karenasuatu masalah kecil atau bahkan tanpa masalah sama sekali. Penyebab perubahan mood ini kemungkinan karena perubaha hormonal dalam kehamilan, ini hampir sama seperti premenstrualsynrom atau selama menopause. Selai itu masalah seksual atau rasa takut terhadap nyeri melahirkan, mungkin juga menjadi perubahan mood ini. Semakin tuanya kehamilan, wanita akan menjadi terbuka tentang perasaanya diribya dan pada orang lain. Mereka mulai mau membicarakan hal-haal yang tidak pernah di bahas sebelumnya atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran-pikiranya dan gejala-gejala yang dialaminya akan menarik untuk sipendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, membawa manfaat karena wanita lebih siap untuk mempelajari segala sesuatu tentang kehamilan dan persalinan, mudan untuk bekerja sama dengan wanita hamil yang lain. Apabila kehamilan tersebut diinginkan, rasa tidak nyaman akan timbul akibat kehamilan cenderung dianggap sebagai sesuatu gangguan biasa dan upaya yang dilakukan untuk meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senag yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu ibu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nayaman ini. Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluh ketidaknyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemapuan koping perlu dilakukan.
e. Respon terhadap perubahan bentuk tubuh
Perubahan fisikologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang cepat dan nyata. Selama trimester pertama bentuk tubuh sedikit berubah dan kadang-kadang belum terlihat perubaha dalam bentuk tubuh, tetapi pada trimester kedua pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran payudara memastikan perkembangan kehamilan. Wanita merasa seluruh tubunya bertambah besar dan terlihat lebih gemuk. Perasaan ini semakin kuat seiring kemajuan kehamilan.
Sikap wanita terhadap tubuhnya diduga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakininya dan sifat peribadinya. Sikap ini sering berubah seiring kemajuan kehamilan. Sikap positif pada tubuh biasanya terlihat selama trimester pertama. Namun seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negative. Pada kebanyakan wanita perasaan tersebut bersifat sementara dan tidak permanen karena akan segera hilang apabila mereka menerima kehamilanya dan hal ini tidak menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri merekan.
f. Ambivalensi selama masa hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan atau berubah-ubah, seperti cinta dan benci terhapap seseorang, sesuatu atau suatu keadaan. Ambi valensi adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran baru. Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil. Perasaan ambivalen ini bisa muncul pada semua wanita hamil bahkan pada wanita yang menghendaki dan bahagia dengan kehamilanya. Wanita dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan dan janin. Perasaan ambivalen ini dapat meningkat hanya karena hal-hal sepele seperti pernyataan pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau pembicaraan teman mengenai keputusan untuk memiliki seseorang anak berarti melepas pekerjaan dan lain-lain. Sensasi tubuh, perasaan bergantung dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut. Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester ketiga dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi. Kenangan akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap dengan lahirnya bayi yang sehat tetapi kelahiran bayi yang cacat, kemungkinan akan mengingatkan kembali sat-sat ia tidak menginginkan anak tersebut dan ia merasa bersalah. Pada saat inilah pelu penyuluhan dan dukungan yang memadai, agar wanita menjadi yakin bahwa perasaan ambivalenya bukanlah penyebap kecacatan pada anaknya cacat.
g. Menyiapkan peran ibu
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak-anak dan menanti menjadi seorang ibu. Mereka sangat dimotivasi menjadi orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya terhadap adap tasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua. Pada wanita yang lain tidak mempertimbangkan arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri maka konfliks selama masa hamil seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan keputusan yang berkaitan dengan karir dan anak, harus diselesaikan segera agar dapat segera menyesuaikan diri dan tidak timbul masalah-masalah yang lebih banyak dalam masa kehamilanya.
h. Menyiapkan hubungan ibu-anak
Ikatan emosional dengan anak mulai pada periode prenatal, yakni ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu. Mereka berfikir mereka seolah-olah seorang ibu dan membayangkan kualitas seorang ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang menanti seorang bayi berkeinginan menjadi orang tua yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupanya akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan, kekurang bebasan dan bentuk perawatan yang harusmereka berikan.
Hubungan ibu anak akan berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses perkembangan. Tiga fase dalam perkembangan menjadi jellas.
1) Pada fase ke-1
Wanita menerima fakta bologis menerima kehamilanya. Ia harus mampu mengatakan, “saya hamil” dan menyatukan anak tersebut kedalam tubuhdan citra dirinya. Pada awal kehamilan pusat pikiran ibu berfokus pada dirinya sendiri. Anak dipandang sebagaibagian dari seseorang dan kebanyakan wanita befikir bahwa janinya tidak nyata selama awal priode masa hamil.
2) Pada fase ke-2
Ibu menerima janin yang tumbuh sebagai sesuatu yang terpisah dari dirinya dan sebagi seorang yang perlu dirawat. Ia sekarang dapat berkata ,”saya akan memiliki bayi”. Selama trimester kedua,biasanya pada bualan kelima, kesadaran akan adanya anak sebagia makhluk yang terpisah semakinnyata, kemampuan untuk membedakan anak dari diri wanita itu sendiri ialah awal hubungan anak ibu yang melibatkan bukan saja perawatan, tetapi juga tanggung jawab. Wanita yang merencanakan kehamilanya akan merasa sangat senang dengan kehamilan dan ikatan dengan anaknya terbentuk lebih dulu dari pada ikatan anaknya dengan wanita lain. Dengan menerima realita seorang anak (mendengar denyut jantung dan merasakan gerakan anak) dan perasaan sejahtera yang utuh wanita memasuki priode tenag dan menjadi lebih mewas diri. Anak fantasi suatu impian menjadi berharga dimata ibu. Ia lebih tampak memusatkan pada anak yang dikandungnya. Suaminya kadang-kadang merasa di acuhkan dan anak-anaknya yang lain menuntut lebih banyak sebagi upaya yang menarik kembali perhatian ibu kepada mereka.
3) Pada fase ke-3
Ibu memulai dengan relistis mempersiapkan diri untuk melahirkan dan mengasuh anaknya. Ia akan mengatakan,”sya akan menjadi ibu”, dan ia mulai mendefinisi sifat-sifat anak tersebut. Walaupun hanya ibu yang merasakan anak yang berada dalm kandungan, kedua orang tua dan saudara-saudara percaya bahwa anak dalam kandungan berespons dengan cara yang angat pribadi dan individual. anggota keluarga dapat berinteraksi sebanyak-banyaknya dengan anak dalam kandungan ini, misalnya dengan berbicara kepada janin dan mengelus perut ibu terutama ketika janin berubah posisi.
Komentar
Posting Komentar